Menikmati Keterbatasan. Duh topik dari mak Mira berat sekali. Manusia memang memiliki keterbatasan. Dan menikmati keterbatasan seperti ulasan dari mak Mira cukup membuka pikiran saya. Tetapi menulisnya dalam perspektif yang berbeda, itu tantangan tersendiri. Baiklah, mari kita mulai dengan sebuah cerita.
Semalam, sebelum tidur, Saya, Kira dan Kara ngobrol di atas
tempat tidur. Pillow talk istilah kecenya. Sambil memakai baju tidurnya, kira
tiba-tiba bertanya pada saya “Bunda, kenapa laki-laki dan perempuan yang belum
menikah tidak boleh berciuman?”. Entah mendapat ide dari mana, tiba-tiba saja
dia bertanya seperti itu. Susah payah saya mengumpulkan kesadaran dan jiwa
waras saya yang tadi sempat hilang sejenak.
Iyalah, bunda mana yang gak kaget mendapati anaknya yang
baru berumur 6 tahun bertanya tentang pernikahan dan ciuman. Susah payah juga
saya mencari kata-kata untuk menjelaskan pada mereka. Salah pilihan kata,
mungkin saja berakibat fatal dikemudian hari. Insting saya sudah mengatakan,
sepertinya obrolan ini bakal panjang. Dan benar saja, selanjutnya masih ada
lagi pertanyaan yang membuat alarm saya menyala lagi.
Bunda, film apa itu yang ada kaumnya nabi yang menikah
laki-laki sama laki-laki, perempuan sama perempuan? Yang mereka gak suka
menyembah Allah itu lho... Sambil berusaha keras berpikir memilih kata, saya
tanya balik, apa pendapat mereka tentang kaum yang seperti itu. Namun pertanyaan
tidak berhenti disitu saja.
Tiba-tiba ada yang menyela, kalau aku mau peluk kakak boleh
gak? Kalau aku pengen pegang dik Tara gimana? Kalau sama mas Lian dulu, kenapa
bunda gak bolehin aku gelendot-gelendotan sama mas Lian? Jadi sama siapa aja
aku boleh peluk-peluk? Well, salah satu anak saya memang punya kepribadian yang
hangat. Kalau dia gemes dan happy bermain sama seseorang, dia mengungkapkannya
lewat pelukan.
Lantas, pernahkah ibu-ibu, mama, bunda atau ayah disini yang
pernah mengalami hal-hal seperti diatas? Ditodong pertanyaan oleh anak kecil
yang membuat tenggorokan tercekat, kehabisan kata, dan gak tahu musti bersikap
bagaimana dan harus jawab apa. Pasti pernah dunk yaaa.. Anak-anak itu memiliki
pengamatan yang sangat bagus. Mereka mengamati setiap tindakan kita, mengingat
setiap kata kita, merekamnya dalam memori mereka, lalu mengeluarkannya disaat
yang tepat untuk membuat kita mati kutu tak berdaya… Cerdas bukan?!
Well, sebagai orang tua tentu kita memiliki keterbatasan.
Keterbatasan pengetahuan, keterbatasan ekonomi, keterbatasan fisik, maupun keterbatasan
rasa sabar. Mendengar pertanyaan seperti diatas, jika pengetahuan parenting
kita terbatas, pengetahuan sex education kita seadanya, ditambah lagi rasa
sabar kita pas-pas’an, pasti yang meluncur dari mulut kita adalah “kamu anak
masih kecil ngapain tanya begituan?? Sudah gak usah ceriwis, cepetan tidur!”.
Apakah masalah selesai? Tidak. Anak mungkin memang akan langsung tidur
mendengar hardikan mamanya. Namun tanda tanya di kepalanya masih akan terus
ada. Dan kelak, ketika dia sudah mampu mencari jawabannya, maka akan dia cari
sendiri. Bagus kalau mendapat jawaban yang tepat dan bijak, jika mendapat
jawaban yang tidak sesuai tentu akan membuat ia tersesat dalam langkah.
Lantas, apakah sebagai orang tua kita dituntut untuk tahu
segalanya? Apakah kita dituntut untuk menjadi sangat sempurna? Bukankan kita
sama-sama manusia biasa yang punya keterbatasan juga? Sependek pengetahuan
saya, menjadi orang tua yang memiliki keterbatasan itu tidak haram hukumnya.
Alias wajar dan sah-sah saja.
Jika saya tidak memiliki ide apapun atas pertanyaan para
bocah, dan sampai pada titik batas pengetahuan saya, biasanya saya tanyakan
dulu pendapat mereka. Jika belum puas saya ajak mereka mencari jawaban
sama-sama. Teknologi sekarang canggih kan?! Ada google, ada youtube, mau cari
jawaban untuk ilmu pengetahuan apa saja, mudah kita dapati. Tinggal ketik keywordnya,
muncul beberapa opsi. Baca terlebih dahulu, lalu berikan jawaban dengan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak. Tetap pantau anak dalam membantu
mencari jawaban. Kita tahu internet ibarat rimba raya yang tidak bisa kita
filter isinya. Meskipun sudah menggunakan parental mode, kadang ada saja konten
yang lolos sensor. Buat saya, sah-sah saja kok anak tahu kalau kita pun
memiliki keterbatasan jawaban atas pertanyaan mereka. Dengan mencari jawaban
bersama, merangsang anak untuk terus kritis dan mengajak mereka belajar bahwa
mencari jawaban adalah sebuah proses yang wajar untuk dilewati. Kalau kata
psikolog sih, asalkan kita tidak memberikan jawaban “tidak tahu…” begitu saja lantas
kita tinggalkan pertanyaan itu tak terjawab. Menembus keterbatasan pun
diperlukan untuk melangkah maju mencari jawaban. Namun memiliki keterbatasan
bukanlah aib yang perlu disembunyikan dari anak-anak kita.
Bagaimana jika kita sampai pada keterbatasan ekonomi? Kadang
anak-anak suka meminta barang atau mainan semaunya, sedapat mata melihat.
Bagaimana jika menangis meraung-raung, mogok tidak mau ini itu, atau malah
menghardik orang tuanya ketika tidak mendapatkan barang yang diinginkan? Duuuh… pengen nangis deh lihatnya. Karena ini saya
punya cerita yang lain lagi, kita kupas di artikel berbeda saja ya?!
Bagaimana dengan keterbatasan kesabaran? Eemmhh… emmhh…
tunggu-tunggu… hheemmm… Sepertinya untuk hal yang satu ini, saya belum mampu
menjawabnya… Saya masih belajar dengan susah payah bahkan merangkak.. Ada yang bisa bantu?? ^_^
duh bener banget, yang paling susah itu keterbatasan kesabaran, huhu. saya pun masih belajar. semangatt bunda Kira! :D
ReplyDeleteHuhu... Toss mak. Sepertinya butuh belajar seumur hidup untuk dapat terus memperlebar ambang batas rasa sabar..
DeleteSetuju mba dengan statement ini: asalkan kita tidak memberikan jawaban “tidak tahu…” apalagi bilang tidak tahunya sambil sibuk ngerjain yang lain ya hehe. Seorang
ReplyDeleteanak perlu didengarkan dan dihargai sebagai seorang individu :)
iyyyaa.. bener banget. Ibunya jawab "tidak tahu" sambil pegang gadget. Nanti gantian ibunya nanya, anaknya sambil main game cuek bebeh.. nyeseeeekk gak sih?! >_<
DeleteWaw duo K udah sampe situ nanyanya mak, tau dari mana, hihi... Iya nih aku juga suka a i u alias gagap jawab klo pertanyaannya susah, jadi mending lempar lagi ke mbah gugel lah yaa xixi
ReplyDeletehahaha... gak tahu nih.. Sepertinya dia pernah nonton film yang ada adegan kissingnya gitu deh. lalu aku bilang apa, entah lupa. mungkin itu terekam di memorinya. Kan ada tuh bbrp film anak yang ada adegan ciumannya walau hanya 1 frame dan bbrp detik saja.
Delete