Terinspirasi dari sebuah artikel yang berjudul “Melangitkan Mimpi” yang saya dapat dari blog mbak Meutia Rahmah, akhirnya saya mendarat dan
menulis ini. Mbak Meutia Rahmah adalah salah satu teman blogger yang saya kenal
via dunia maya. Tinggal di Aceh, bekerja sebagai seorang dosen bahasa arab,
mbak Meutia Rahmah adalah sosok yang berjuang meraih impiannya. The Dream
catcher saya menyebutnya..
Mimpi adalah harapan tersembunyi yang tentu ingin diraih
oleh seseorang. Setiap orang memiliki mimpi yang berbeda, dari sekedar mimpi
bisa menikmati nasi pecel setiap hari hingga mimpi keliling Eropa atau tinggal
di negeri yang bisa menikmati sang Aurora Borealis. Mimpi hanya akan menjadi
sebatas mimpi jika tidak pernah ada usaha untuk meraihnya.
Saya sejak kecil selalu bermimpi bisa berdiri di depan orang
banyak, berbicara tentang ilmu yang saya miliki, berdiskusi dengan seru dan
menyebarkan ilmu itu untuk banyak orang. Karena dulu, jangankan berbicara,
hanya berdiri di depan kelas saja saya sudah seperti mati kutu mau pingsan. Dulu
rasanya meraih mimpi menjadi guru sangat jauh dari genggaman. Membaca pidato di
depan kelas saja dunia saya serasa runtuh, rasa percaya diri saya ambles di
titik 0, dan tubuh saya serasa menahan gempa 80 skala richter, gemetar tak
tertahankan. Dengan kondisi seperti itu, bagamaina saya bisa meraih cita-cita
dan mimpi saya menjadi seorang guru?!
Jiwa seorang dream catcher adalah jiwa yang pantang
menyerah. Ia fokus pada mimpinya dan berlari, melompat untuk meraihnya. Karena itu
kalau kamu ingin menjadi seorang yang mampu meraih mimpi, maka jangan pernah
lelah untuk berlari dan melompat lebih tinggi.
If you really want to chatch your dream, you have to chase it.
Meutia Rahmah bercita-cita ingin melanjutkan belajar di
negeri Arab. Ia tak pernah putus asa, meski
S1 tak berhasil ia raih di negeri impian. Cita-citanya tak luruh begitu saja.
Hingga akhirnya S2 berhasil ia dapatkan sesuai mimpinya, belajar di Khartoum.
Khartoum adalah negara yang terletak di benua Afrika, yang dijuluki negeri dua
Nil, tempat bertemunya sungai Nil berwarna putih dan biru. Ia tak pernah lelah
untuk berlari dan melompat meraih mimpinya. Setelah satu mimpi tergenggam, ia
miliki mimpi yang baru. Agar hidupnya terus melangkah maju.
Saya tentu saja tak ingin diam dan mematung di angka 80
skala richter. Saya belajar berdiri di depan banyak orang, belajar menjadi Pembina
pramuka, belajar mengajar anak pra sekolah. Saya belajar percaya pada kemampuan
yang saya miliki. Saya aktif berdiskusi di bangku kuliah. Hingga saat ada
project pekerjaan yang mengharuskan saya presentasi di depan para dekan
universitas negeri, saya survive. Kontrak project pun ada di genggaman. Sampai sekarang saya masih terus belajar
bersama para ibu-ibu hebat di seminar dan workshop. Mungkin kadang saya masih
diam mematung, namun tak seperti dulu, kini saya berani mencoba lebih aktif. Ketka
mendapat tawaran project mengajar penulisan untuk mahasiswa di sebuah kampus
universitas negeri, kembali saya survive dan pulang dengan amplop di tangan (untuk
ibu dengan 1001 kebutuhan, amplop ini penting untuk disebutkan). Namun jangan
ditanya, hingga saat ini tremor saya masih ada, namun saya tahu, saya akan
mampu mengatasinya.
Bagaimana dengan mimpimu? Apakah kamu akan membiarkannya
hanya sebatas mimpi?
Beranjaklah dari tempat duduk nyamanmu, berlari dan melompatlah. Dengan usahamu, biarkan alam mendukungmu dan berdoalah agar Tuhan memeluk mimpi-mimpimu..
Meutia Rahmah:
uih keren presentasi di depan dekan, aku presentasi di depan dosen ae ndredeg hehehe
ReplyDeleteSukses lha ya buat semua, Mbak Meutia dan Mbak Wiwid :D
Buahaha.. embuh dulu kesambet apa ya bisa pede presentasi di depan dekan dan para kajur. xixixi..
DeleteKueren mb Wiwid Tulisannya, sangat menginspirasi saya pribadi. Sukses selalu ya mbk Wiwid
ReplyDeleteTerima kasih kembali, mbak... Sukses juga buat mbak Kartini ya! ^_^
Deletesemoga tak hanya... sebatas mimpi...
ReplyDeleteAmin... Amin... *berdo'a yang kenceng*
Deletejadi inget jaman nguli,aku nekat jadi asst lab, tiap mau ngajar tetep aja keringet dingin,padahal udah pertemuan kesekian hihi..
ReplyDeleteNah, iya kaann.. Apalagi kalau udah lama vakum. Musti asah pedang keberanian lagi deh ya..
Delete