Aug 24, 2016

The Dream Catcher

Terinspirasi dari sebuah artikel yang berjudul “Melangitkan Mimpi” yang saya dapat dari blog mbak Meutia Rahmah, akhirnya saya mendarat dan menulis ini. Mbak Meutia Rahmah adalah salah satu teman blogger yang saya kenal via dunia maya. Tinggal di Aceh, bekerja sebagai seorang dosen bahasa arab, mbak Meutia Rahmah adalah sosok yang berjuang meraih impiannya. The Dream catcher saya menyebutnya..


Mimpi adalah harapan tersembunyi yang tentu ingin diraih oleh seseorang. Setiap orang memiliki mimpi yang berbeda, dari sekedar mimpi bisa menikmati nasi pecel setiap hari hingga mimpi keliling Eropa atau tinggal di negeri yang bisa menikmati sang Aurora Borealis. Mimpi hanya akan menjadi sebatas mimpi jika tidak pernah ada usaha untuk meraihnya.

Saya sejak kecil selalu bermimpi bisa berdiri di depan orang banyak, berbicara tentang ilmu yang saya miliki, berdiskusi dengan seru dan menyebarkan ilmu itu untuk banyak orang. Karena dulu, jangankan berbicara, hanya berdiri di depan kelas saja saya sudah seperti mati kutu mau pingsan. Dulu rasanya meraih mimpi menjadi guru sangat jauh dari genggaman. Membaca pidato di depan kelas saja dunia saya serasa runtuh, rasa percaya diri saya ambles di titik 0, dan tubuh saya serasa menahan gempa 80 skala richter, gemetar tak tertahankan. Dengan kondisi seperti itu, bagamaina saya bisa meraih cita-cita dan mimpi saya menjadi seorang guru?!

Jiwa seorang dream catcher adalah jiwa yang pantang menyerah. Ia fokus pada mimpinya dan berlari, melompat untuk meraihnya. Karena itu kalau kamu ingin menjadi seorang yang mampu meraih mimpi, maka jangan pernah lelah untuk berlari dan melompat lebih tinggi.

 If you really want to chatch your dream, you have to chase it.

Meutia Rahmah bercita-cita ingin melanjutkan belajar di negeri Arab.  Ia tak pernah putus asa, meski S1 tak berhasil ia raih di negeri impian. Cita-citanya tak luruh begitu saja. Hingga akhirnya S2 berhasil ia dapatkan sesuai mimpinya, belajar di Khartoum. Khartoum adalah negara yang terletak di benua Afrika, yang dijuluki negeri dua Nil, tempat bertemunya sungai Nil berwarna putih dan biru. Ia tak pernah lelah untuk berlari dan melompat meraih mimpinya. Setelah satu mimpi tergenggam, ia miliki mimpi yang baru. Agar hidupnya terus melangkah maju.

Saya tentu saja tak ingin diam dan mematung di angka 80 skala richter. Saya belajar berdiri di depan banyak orang, belajar menjadi Pembina pramuka, belajar mengajar anak pra sekolah. Saya belajar percaya pada kemampuan yang saya miliki. Saya aktif berdiskusi di bangku kuliah. Hingga saat ada project pekerjaan yang mengharuskan saya presentasi di depan para dekan universitas negeri, saya survive. Kontrak project pun ada di genggaman.  Sampai sekarang saya masih terus belajar bersama para ibu-ibu hebat di seminar dan workshop. Mungkin kadang saya masih diam mematung, namun tak seperti dulu, kini saya berani mencoba lebih aktif. Ketka mendapat tawaran project mengajar penulisan untuk mahasiswa di sebuah kampus universitas negeri, kembali saya survive dan pulang dengan amplop di tangan (untuk ibu dengan 1001 kebutuhan, amplop ini penting untuk disebutkan). Namun jangan ditanya, hingga saat ini tremor saya masih ada, namun saya tahu, saya akan mampu mengatasinya.

Bagaimana dengan mimpimu? Apakah kamu akan membiarkannya hanya sebatas mimpi? 
Beranjaklah dari tempat duduk nyamanmu, berlari dan melompatlah. Dengan usahamu, biarkan alam mendukungmu dan berdoalah agar Tuhan memeluk mimpi-mimpimu..

Meutia Rahmah:

Twitter : @meutimansur
Instagram : @meutiamansur

FB : Meutia mansur

8 comments:

  1. uih keren presentasi di depan dekan, aku presentasi di depan dosen ae ndredeg hehehe
    Sukses lha ya buat semua, Mbak Meutia dan Mbak Wiwid :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buahaha.. embuh dulu kesambet apa ya bisa pede presentasi di depan dekan dan para kajur. xixixi..

      Delete
  2. Kueren mb Wiwid Tulisannya, sangat menginspirasi saya pribadi. Sukses selalu ya mbk Wiwid

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih kembali, mbak... Sukses juga buat mbak Kartini ya! ^_^

      Delete
  3. semoga tak hanya... sebatas mimpi...

    ReplyDelete
  4. jadi inget jaman nguli,aku nekat jadi asst lab, tiap mau ngajar tetep aja keringet dingin,padahal udah pertemuan kesekian hihi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, iya kaann.. Apalagi kalau udah lama vakum. Musti asah pedang keberanian lagi deh ya..

      Delete