Aug 8, 2016

ORANG TUA DENGAN 1001 KETERBATASAN


Menikmati Keterbatasan. Duh topik dari mak Mira berat sekali. Manusia memang memiliki keterbatasan. Dan menikmati keterbatasan seperti ulasan dari mak Mira cukup membuka pikiran saya. Tetapi menulisnya dalam perspektif yang berbeda, itu tantangan tersendiri. Baiklah, mari kita mulai dengan sebuah cerita.


Semalam, sebelum tidur, Saya, Kira dan Kara ngobrol di atas tempat tidur. Pillow talk istilah kecenya. Sambil memakai baju tidurnya, kira tiba-tiba bertanya pada saya “Bunda, kenapa laki-laki dan perempuan yang belum menikah tidak boleh berciuman?”. Entah mendapat ide dari mana, tiba-tiba saja dia bertanya seperti itu. Susah payah saya mengumpulkan kesadaran dan jiwa waras saya yang tadi sempat hilang sejenak.

Iyalah, bunda mana yang gak kaget mendapati anaknya yang baru berumur 6 tahun bertanya tentang pernikahan dan ciuman. Susah payah juga saya mencari kata-kata untuk menjelaskan pada mereka. Salah pilihan kata, mungkin saja berakibat fatal dikemudian hari. Insting saya sudah mengatakan, sepertinya obrolan ini bakal panjang. Dan benar saja, selanjutnya masih ada lagi pertanyaan yang membuat alarm saya menyala lagi.

Bunda, film apa itu yang ada kaumnya nabi yang menikah laki-laki sama laki-laki, perempuan sama perempuan? Yang mereka gak suka menyembah Allah itu lho... Sambil berusaha keras berpikir memilih kata, saya tanya balik, apa pendapat mereka tentang kaum yang seperti itu. Namun pertanyaan tidak berhenti disitu saja.

Tiba-tiba ada yang menyela, kalau aku mau peluk kakak boleh gak? Kalau aku pengen pegang dik Tara gimana? Kalau sama mas Lian dulu, kenapa bunda gak bolehin aku gelendot-gelendotan sama mas Lian? Jadi sama siapa aja aku boleh peluk-peluk? Well, salah satu anak saya memang punya kepribadian yang hangat. Kalau dia gemes dan happy bermain sama seseorang, dia mengungkapkannya lewat pelukan.

Lantas, pernahkah ibu-ibu, mama, bunda atau ayah disini yang pernah mengalami hal-hal seperti diatas? Ditodong pertanyaan oleh anak kecil yang membuat tenggorokan tercekat, kehabisan kata, dan gak tahu musti bersikap bagaimana dan harus jawab apa. Pasti pernah dunk yaaa.. Anak-anak itu memiliki pengamatan yang sangat bagus. Mereka mengamati setiap tindakan kita, mengingat setiap kata kita, merekamnya dalam memori mereka, lalu mengeluarkannya disaat yang tepat untuk membuat kita mati kutu tak berdaya… Cerdas bukan?!

Well, sebagai orang tua tentu kita memiliki keterbatasan. Keterbatasan pengetahuan, keterbatasan ekonomi, keterbatasan fisik, maupun keterbatasan rasa sabar. Mendengar pertanyaan seperti diatas, jika pengetahuan parenting kita terbatas, pengetahuan sex education kita seadanya, ditambah lagi rasa sabar kita pas-pas’an, pasti yang meluncur dari mulut kita adalah “kamu anak masih kecil ngapain tanya begituan?? Sudah gak usah ceriwis, cepetan tidur!”. Apakah masalah selesai? Tidak. Anak mungkin memang akan langsung tidur mendengar hardikan mamanya. Namun tanda tanya di kepalanya masih akan terus ada. Dan kelak, ketika dia sudah mampu mencari jawabannya, maka akan dia cari sendiri. Bagus kalau mendapat jawaban yang tepat dan bijak, jika mendapat jawaban yang tidak sesuai tentu akan membuat ia tersesat dalam langkah.

Lantas, apakah sebagai orang tua kita dituntut untuk tahu segalanya? Apakah kita dituntut untuk menjadi sangat sempurna? Bukankan kita sama-sama manusia biasa yang punya keterbatasan juga? Sependek pengetahuan saya, menjadi orang tua yang memiliki keterbatasan itu tidak haram hukumnya. Alias wajar dan sah-sah saja. 

Jika saya tidak memiliki ide apapun atas pertanyaan para bocah, dan sampai pada titik batas pengetahuan saya, biasanya saya tanyakan dulu pendapat mereka. Jika belum puas saya ajak mereka mencari jawaban sama-sama. Teknologi sekarang canggih kan?! Ada google, ada youtube, mau cari jawaban untuk ilmu pengetahuan apa saja, mudah kita dapati. Tinggal ketik keywordnya, muncul beberapa opsi. Baca terlebih dahulu, lalu berikan jawaban dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak. Tetap pantau anak dalam membantu mencari jawaban. Kita tahu internet ibarat rimba raya yang tidak bisa kita filter isinya. Meskipun sudah menggunakan parental mode, kadang ada saja konten yang lolos sensor. Buat saya, sah-sah saja kok anak tahu kalau kita pun memiliki keterbatasan jawaban atas pertanyaan mereka. Dengan mencari jawaban bersama, merangsang anak untuk terus kritis dan mengajak mereka belajar bahwa mencari jawaban adalah sebuah proses yang wajar untuk dilewati. Kalau kata psikolog sih, asalkan kita tidak memberikan jawaban “tidak tahu…” begitu saja lantas kita tinggalkan pertanyaan itu tak terjawab. Menembus keterbatasan pun diperlukan untuk melangkah maju mencari jawaban. Namun memiliki keterbatasan bukanlah aib yang perlu disembunyikan dari anak-anak kita.

Bagaimana jika kita sampai pada keterbatasan ekonomi? Kadang anak-anak suka meminta barang atau mainan semaunya, sedapat mata melihat. Bagaimana jika menangis meraung-raung, mogok tidak mau ini itu, atau malah menghardik orang tuanya ketika tidak mendapatkan barang yang diinginkan? Duuuh…  pengen nangis deh lihatnya. Karena ini saya punya cerita yang lain lagi, kita kupas di artikel berbeda saja ya?!

Bagaimana dengan keterbatasan kesabaran? Eemmhh… emmhh… tunggu-tunggu… hheemmm… Sepertinya untuk hal yang satu ini, saya belum mampu menjawabnya… Saya masih belajar dengan susah payah bahkan merangkak.. Ada yang bisa bantu?? ^_^

6 comments:

  1. duh bener banget, yang paling susah itu keterbatasan kesabaran, huhu. saya pun masih belajar. semangatt bunda Kira! :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huhu... Toss mak. Sepertinya butuh belajar seumur hidup untuk dapat terus memperlebar ambang batas rasa sabar..

      Delete
  2. Setuju mba dengan statement ini: asalkan kita tidak memberikan jawaban “tidak tahu…” apalagi bilang tidak tahunya sambil sibuk ngerjain yang lain ya hehe. Seorang
    anak perlu didengarkan dan dihargai sebagai seorang individu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyyyaa.. bener banget. Ibunya jawab "tidak tahu" sambil pegang gadget. Nanti gantian ibunya nanya, anaknya sambil main game cuek bebeh.. nyeseeeekk gak sih?! >_<

      Delete
  3. Waw duo K udah sampe situ nanyanya mak, tau dari mana, hihi... Iya nih aku juga suka a i u alias gagap jawab klo pertanyaannya susah, jadi mending lempar lagi ke mbah gugel lah yaa xixi

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha... gak tahu nih.. Sepertinya dia pernah nonton film yang ada adegan kissingnya gitu deh. lalu aku bilang apa, entah lupa. mungkin itu terekam di memorinya. Kan ada tuh bbrp film anak yang ada adegan ciumannya walau hanya 1 frame dan bbrp detik saja.

      Delete