Hal yang paling sering saya
terima, ketika saya berbagi cerita tentang si kembar adalah jawaban, sebagai
berikut:
“aku sudah melakukan itu tapi kok
gak berhasil di anakku?”
“Kok anakku begini, gak begitu..”
“Kok di aku gak bisa sih cara
seperti itu? Anakku malah makin kenceng rebutannya”
Hhhmm.. saya bingung juga ya
menjelaskannya. Bukan bingung soal alasannya, tapi bingung bagaimana
menyampaikannya. Tapi baiklah, mari kita
coba pelan-pelan.
Pertama, kita perlu memahami, dan
benar-benar menyadari bahwa anak kita itu manusia ciptaan Allah. Bukan robot
yang kalau di pencet tombol A, akan melakukan A. Kita memang tahu kalau anak-anak itu manusia,
hanya saja kita sering lupa dan khilaf, dan memperlakukan mereka sesuai
keinginan kita (eehhmm.. yang ini saya juga sih). Nah.. Karena anak-anak ini manusia yang
memiliki keinginan berbeda-beda, sifat yang tidak sama, dan mereka semua unik,
jadi ketika kita memberikan satu hal, maka hampir bisa dipastikan penerimaan si
anak akan berbeda-beda.
Lantas, bagaimana hal yang
terjadi pada saya, bisa berhasil pada orang lain juga? Kuncinya kenali dan Improvisasi. IYaaa.. kenali
sifat anak-anak kita, karakter anak-anak kita. Dengan mengenali sifat,
karakter, keinginan dan kebutuhan, maka kita tahu harus bersikap seperti apa
agar apa yang ingin kita ajarkan pada anak-anak, bisa diterima dengan nyaman
oleh mereka. Jangan hanya menerima
mentah-mentah apa yang saya tuliskan, dengan mengimplementasikan begitu saja
pada anak dengan karakter yang berbeda. Cobalah berimprovisasi, sesuaikan
dengan sifat, karakter dan kebutuhan si anak.
Apa yang saya tuliskan hanyalah garis besar hal-hal yang pernah saya
berikan pada anak-anak saya, dan berdasarkan sifat, karakter dan kebutuhan
anak-anak saya. Bagaimanapun juga,
seharusnya seorang ibu jauuuh lebih bisa mengenal anak-anaknya, sehingga tahu
apa yang seharusnya dilakukan ketika mengajarkan sesuatu kepada anaknya.
Kunci yang lainnya adalah
konsisten. Sekali lagi, karena anak-anak
adalah manusia, maka mereka butuh ruang dan waktu untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan dan aturan yang berbeda dari biasanya yang pernah mereka
terima. Karena itu, konsistensi sangat
dibutuhkan. Bagaimana kita bisa
mengajarkan tentang berbagi, jika ketika anak menangis, lantas diberikan begitu
saja apa yang di mau, hanya agar mereka berhenti menangis dan lekas diam. Justru proses inilah yang akan menghambat
pelajaran tentang berbagi dan bekerja sama.
Jika memang benar-benar ingin menerapkan proses berbagi dan bekerja sama,
apabila menemui anak yang berusaha untuk mengulur waktu atau melanggar
perjanjian, ya usahakan konsisten memberikan konsekuensi. Jika tidak, apa yang
akan kita ajarkan, akan selalu kalah dengan kemauan anak. Konsekuensi dan rentang waktu yang akan diberikan
inilah yang disesuaikan dengan karakter, sifat dan kebiasaan anak. Konsekuensi ya, bukan hukuman. Jika
konsekuensi itu dipilih berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, ibu dan
anak. Jika hukuman itu hanya diberikan satu pihak tanpa persetujuan pihak yang
lain, yang bisa jadi pihak lain tidak terima lantas merasa tidak adil. Bukannya
malah membuat berhasil, malah akan semakin melakukan hal yang bertentangan dengan apa yang akan diajarkan.
Jika memang semua sudah
dilakukan, namun masih tidak sesuai dengan harapan, maka berdo’alah. Karena
anak-anak adalah titipan, dan ada Sang Pemilik yang mampu membolak-balikkan
hati ciptaan-Nya, maka mari berserah diri.
Ternyata amarah dan ledakan emosi tidak memberikan hasil apapun
kecuali rasa takut pada anak, rasa sesal pada diri kita, dan rasa tidak nyaman
untuk lingkungan kita. Well, yang terakhir itu self-reminder untuk saya
sendiri.
Dan jangan pernah lupa juga "there is always different story in every parenting style". Akan selalu ada cerita yang berbeda di setiap pola asuh. Karena pada dasarnya manusia itu sempurna dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Jadi mari kenali karakter anak dan semua potensinya.
Untuk penutup, saya mau copas, lirik OST Thomas & Friends, yang mungkin cocok untuk hal ini:
Dan jangan pernah lupa juga "there is always different story in every parenting style". Akan selalu ada cerita yang berbeda di setiap pola asuh. Karena pada dasarnya manusia itu sempurna dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Jadi mari kenali karakter anak dan semua potensinya.
Untuk penutup, saya mau copas, lirik OST Thomas & Friends, yang mungkin cocok untuk hal ini:
If you climb the highest mountain, cross the river deep
Maybe you’ll find its never as easy as it first appears
Just remember not to worry or get down at heart
Never loose faith and positive thinking
You’ll be amazed when you achieve all the things you start
Nothing in life is ever as easy But you get there in the end
So blow your cares and woes behind you, Start a brand new day
Nothing can stop you reaching your goal If you're determined, you can do it
You will find a way, So
Never, never, never give up even though the going's tough
Don't stop trying, when you're tiring, and you're out of puff
No, never, never, never give up even though you're feeling rough
If at first you don't succeed, never, never, never give up
Menarik ya lirik lagu anak-anak ini? Mengajarkan untuk tidak
menyerah. Lantas, kenapa kita menyerah begitu saja? Apa jawaban yang akan kita
berikan pada Tuhan kelak jika kita menyerah dalam mendidik titipan-Nya?! Jadi, Selamat Berpetualang, mama-mama
hebat!
No comments:
Post a Comment