Sep 24, 2014

Travelling bersama Anak Homesick (Cerita Mudik - Part II)



Ini adalah lanjutan cerita dari acara mudik kita kemarin. masih ada 1 cerita menarik lagi, yaitu mudik bersama si anak home-sick.

Saya termasuk home-sick. Setiap kali tidur di tempat yang bukan tempat tidur saya sendiri, saya pasti pecicilan dan mudah sekali bangun, dan merasa gak nyaman. Gak nyaman bukan karena tempatnya yang tidak bersih atau apa, tapi hanya karena “it’s not belong to me”.  Just as simple as that.  Saya jauh lebih mudah tertidur lelap di dalam tenda di tengah hutan, daripada harus tidur di rumah orang dengan kamar ber AC dan berfasilitas lengkap. Eh, kecuali hotel yaa, mungkin karena merasa "kan aku bayarrr..." hahaha...

Ayah Ki-Ka? 

Jauh lebih parah sepertinya. Namun kurang lebih sama. Namun karena kita sudah dewasa, jadi lebih mudah memanage rasa tidak nyaman. Yang belum terbayangkan sama sekali, ternyata hal itu menurun pada salah satu kembar kita, KARA.  Selama mudik kemarin, hampir setiap tidur dia pasti menangis minta pulang dan ingin tidur di kamarnya sendiri. Kalau diingatkan tentang cerita petualangan yang akan kita lakukan selama mudik, dia akan berargumen, “aku mau berpetualang dan main di Ngawi, tapi tidurnya aku mau di tempat tidurku sendiri…”.  Aaaahhh… seandainya kita punya pintu kemana saja-nya Doraemon ya dik?! I know exactly how you feel… So let’s make it easier…

tertidur lelap
Berikut yang saya lakukan selama mudik untuk mengurangi rasa home-sick Kara. Hal yang paling utama tentu saja membawa perlengkapan tidur Kara yang biasa dia pakai di rumah. Bau selimut yang biasa dipakai membantu dia merasa lebih nyaman seperti di rumah.

Selain itu saya beri mereka kegiatan yang membuat capek dan menguras energi, bahkan secapek-capeknya. Kalau biasanya saya bawel setiap kali mereka berlarian di tangga rumah, kali ini saya biarkan ia berlari-larian naik-turun tangga selama yang dia mau. Saya melihat motoriknya sudah jauuuh lebih stabil, jadi saya biarkan dia naik turun tangga di rumah utinya sepuas-puasnya. Saya hanya memastikan tempatnya lebih aman, dan jika sudah mulai terlihat pusing karena capek, saya alihkan untuk berlari-lari saja di halaman rumah. Kebetulan juga halaman rumah utinya di Ngawi terbilang luas. Harapannya kalau dia capek, akan lebih mudah tertidur. Agar tidak cranky dan menjaga staminanya, saya selalu pastikan mereka selalu dalam keadaan kenyang dan fit.  Menjelang tidur saya sibukkan mereka dengan baca buku, atau hanya sekedar nonton video yang sudah saya siapkan dari Surabaya sebelumnya, hingga mereka benar-benar terlelap.

Dengan cara itu, setiap acara menjelang tidur tidak selalu membuat saya tersiksa dengan tangisan minta pulangnya. Namun tetap saja saya tidak bisa mencegah tangisannya ketika dia dapat telp dari uti-akungnya di Surabaya. Setiap kali utinya telp, selalu saja dia curhat kalau dia kangen berat, dan setelah telp ditutup maka kembali dia akan menangis dipangkuan saya. Saya bisa menyibukkannya dengan berbagai hal ketika menjelang tidur. Saya mencuri-curi waktu untuk telp ayahnya  ketika mereka tertidur. Tapi bagaimana saya bisa meminta utinya yang pasti juga kangen berat untuk tidak menelponnya selama mereka liburan?! It was really another hard challenge.

Another note to myself, mungkin suatu hari ketika kita harus berlibur agak lama, saya harus meminta kesepakatan semua anak tentang berapa lama kita akan berlibur?! Kesepakatan jumlah hari ini penting,  dan semoga dapat membantu Kara menghadapi homesicknya pelan-pelan. Juga bisa membantu Kara lebih menikmati liburannya.

Lalu bagaimana sekarang, setelah sampai Rumah Surabaya??! Kira masih selalu konsisten untuk minta kembali mudik ke Ngawi karena ia belum sempat pergi ke kebun teh. Kara?! Bergantung mood. Adakalanya dia pun ingin ikut ke Ngawi untuk berpetualang, ada kalanya dia gak mau ikut, mau dirumah saja. Hahaha…  Well, let’s see! Saya home-sick, Ayahnya home-sick, namun tidak pernah menghalangi kami untuk selalu pergi berpetualang keluar rumah.  Saya yakin, suatu hari nanti, Kara pun akan mampu me-manage rasa home-sicknya sendiri. Hahaha… It’s gonna be another great experience for us!

No comments:

Post a Comment