Nov 30, 2013

What Kind of World?!

Pagi tadi kami ajak kira dan Kara main di playland KFC terdekat, sekalian kami ingin menikmati menu sarapan yang sedikit berbeda. Sambil kami makan, kami biarkan Kira dan Kara bermain dan berlari-larian di area playland. Saat kami datang, playland masih belum terlalu ramai, meskipun sedang ada kegiatan pentas seni anak-anak TK di KFC. Seperti biasa, sebelum memasuki playland, Kira dan Kara melepas sendal dan meletakkan di rak sepatu yang disediakan di dekat playland. Namun, semakin siang playland makin ramai oleh anak-anak TK usai pentas seni. Yang membuat saya marah dan prihatin adalah ketika segerombolan anak-anak TK datang hendak bermain di playland, mereka bermaksud melepas sepatu boots yang nampak sedikit kesulitan untuk dilepas, dengan entengnya para orang tua murid menghardik, dan berkata "buat apa dilepas?! udah pakai aja gpp!"

Hati saya langsung plash, cetar, gedubrak!! kalau boleh dibilang lebay. Jantung saya berdegup kencang, menandakan emosi saya sudah memuncak sampai di ubun-ubun. Segera saya minta kira dan kara turun dari playland, saya ajak mereka ambil sendal dan menepi. Tentu saja dua bocah mungil ini terheran-heran melihat reaksi bundanya yang tiba-tiba memintanya berhenti bermain. Dengan polosnya mereka bertanya, "bunda kenapa?", "ada apa bunda?"


Sengaja saya jelaskan dengan agak keras kenapa saya meminta mereka berhenti bermain. Saya bilang playlandnya kotor karena ada anak yang tidak melepas sepatunya. Tentu saja itu mengundang reaksi orang-orang disekitar saya. Dengan tatapan aneh mereka melihat saya. Dengan menahan emosi, saya berusaha untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan, namun tetap saja itu mengundang tatapan aneh dari para orang tua murid. Entah mereka menatap saya karena saya terlalu polos mematuhi aturan playland yang mengharuskan melepas alas kaki ketika bermain, sehingga saya tampak seperti anak kemarin sore. Atau tatapan seperti apa?! Yang saya yakin, kebanyakan mereka bukan orang-orang buta huruf. Saya pulang dengan perasaan hancur, membayangkan anak-anak polos di playland tadi. Anak-anak yang seharusnya mahluk paling disiplin dan konsisten, namun kita, orang tua seringkali merusaknya. Dan ketika sudah "rusak", maka begitu mudahnya kita memberikan stempel mereka anak bodoh, anak bandel, anak tak tahu diri, atau entah stempel mengerikan apalagi yang kelak mereka terima.

Ya Tuhan... Saya tertatih-tatih belajar menata diri demi tetap menjaga kemurnian jiwa kanak-kanak Kira dan Kara, namun ternyata masih banyak orang tua yang begitu mudahnya merusak jiwa kanak-kanak. Ya Tuhan... Jika saya pernah berani bermimpi bahwa tidak seharusnya ilmu dan seminar parenting itu mahal, lantas kenapa saya tadi justru memilih meninggalkan playland, tanpa mampu berbuat apa-apa untuk para orang tua yang mungkin masih belum tersentuh ilmu parenting.

Ya Tuhan... Jika saya pernah berani bermimpi tentang sekolah yang penuh jiwa kanak-kanak murni, lantas kenapa tadi saya hanya mampu membalikkan badan melihat anak-anak yang tergerus jiwa murninya..
Ya Tuhan... Jika saya masih terlalu lancang untuk berani bermimpi tentang tempat yang nyaman untuk para jiwa kanak-kanak itu, maka ijinkanlah aku meminjam sedikit kekuatan untuk meraih jiwa-jiwa murni itu dan membantunya melintas dunia.. Ijinkanlah aku meminjam sedikit saja keikhlasan dan ketabahan untuk membuka mata hati para orang tua yang Engkau amanahi jiwa-jiwa murni. Ijinkanlah aku meminjam sedikit saja ketegaran hati untuk tetap mampu menjaga jiwa-jiwa murni yang kini Engkau amanahkan kepadaku.
Ya Tuhan... ampuni aku..

No comments:

Post a Comment