Nov 10, 2011

Artikel Bunda di The Urban Mama tentang si Kembar

Horeeee... artikel pertama bunda di The Urban Mama di muat lhooo.. ini artikel tentang cerita lahirannya si kembar. coba lihat artikel lengkapnya disini: Melahirkan si kembar Bunda seneeng deh. tidak lupa ceritanya di copy paste disini buat kenang-kenangan...

"
Melahirkan si kembar menjadi detik-detik yang mengesankan bagi saya. Bagaimana tidak, waktu melahirkan sangat jauh dari HPL nya. Minggu ke 33 tepat alias prematur. Waktu melahirkan ini memang sudah diperkirakan akan maju dari HPL karena melihat bayi yang kembar dengan kapasitas rahim saya yang hanya muat untuk 1 janin. Tapi tidak pernah dinyana kalau akan semaju itu. Tepatnya tanggal 22 Juni 2010 kemarin Kira dan Kara lahir dengan BBLR yaitu Kira BB 2010gr dan Kara BB 1500gr. Akibatnya mereka harus menginap di inkubator sampai 48 hari.
Proses melahirkan itu terasa sangat mengesankan buat kami karena saya tidak merasakan sakit sama sekali mulai dari pembukaan awal sampai lahir. Bahkan saat dijahit pun saya sampai tertidur. Saya sangat berterima kasih sekali dengan mbak Evariny dengan http://hypno-birthing.web.id nya yang membantu saya selama masa kehamilan. Berkat teori hypnobirthingnya dan latihan meditasinya saya jadi bisa melahirkan dengan lancar dan nyaman. Meskipun saya tidak dapat mengikut pelatihan langsung, dengan membaca buku panduan dan mempraktekan teori meditasi dengan bantuan CD nya, sudah mampu membuat saya merasa rileks dan tidak tegang menghadapi proses melahirkan.
Proses kelahiran itu bermula 21 Juni 2010 pukul 5.30an celana dalam basah seperti keputihan. Karena tidak tahu kalau itu rembesan air ketuban, saya tidak menghiraukan dan berpikir kalau sedang keputihan. Ganti celana dalam dan kembali beraktivitas seperti semula. Jam 1 siang kembali terjadi hal yang sama. Pukul 18.30an terjadi hal yang sama untuk ketiga kalinya. Kali ini saya tanya ke mama mertua saya. Disarankan mama mertua untuk istarahat dan bedrest. Tapi saya sempat masak makan malam untuk suami. Jam 20.00 baru saya istirahat, rebahan di tempat tidur sambil ngobrol sama si kembar. Karena perut kaku seperti biasa, saya bilang sama si kembar, mereka boleh keluar kapan saja kalo sudah merasa sempit dan gak nyaman di rahim bunda. Apabila nanti mau lahir, bantu bunda ya biar kita sama-sama nyaman selama proses melahirkan ya sayang. Dan pukul 1 tengah malam pecah ketuban. Awalnya saya ingin pipis, belum sampai kamar mandi celana udah basah, yang saya kira ngompol. Pas sampai kamar mandi dan melihat kalo cairan itu ada warna merah darahnya, baru saya ngeh kalo itu air ketuban. Langsung saya bangunkan suami dan mertua dengan baju yang sudah basah kuyub dan menggigil kedinginan minta dianter ke RS.
Sampai di RSI 2 Jemursari Surabaya, diperiksa bidan jaga sudah pembukaan 3. Berkali-kali bidan jaga keluar masuk ruangan persalinan saya menanyakan, “Sakit gak Bu?” sampai saya bosan menjawab, “Enggak Sus.” Yang ada ingin minum terus, ingin pipis, dan ingin makan. Bahkan saya sempat menghabiskan 1 buah burger, 2 gelas teh manis, sambil membaca buku do’a yang disediakan disamping meja persalinan saya. Pukul 06.00 pembukaan 5. Mulai terasa mulas seperti orang mau BAB. Bidan jaga bilang gak boleh persen/ngeden dulu. Tunggu sampai Prof. Dr. Agus Abadi datang. Alhasil seperti layaknya orang nahan BAB, keluar keringat dingin, dan emosi makin meningkat.
Pukul 08.00 pembukaan 8 dan pukul 09.36 lahirlah baby Kara Kalani Setyadi. Pukul 09.44 lahir baby 2, Kira Elysia Setyadi. Mama mertua yang ikut menunggu di dalam selama proses melahirkan sampai terheran-heran melihat saya tidak teriak-teriak seperti layaknya orang melahirkan. Saya ngeden/persen sesuai petunjuk dokter. DSOG nya pun sampai salut melihat saya mampu melahirkan bayi kembar prematur dalam keadaan rileks dan tidak tegang. Setelah IMD saya ditolak suster karena bayi yang terlalu kecil yang dikhawatirkan bisa biru, saya minta dokter untuk tidur. Dokter mengijinkan, dan selama proses jahit itu saya tidak merasakan apa-apa karena tertidur pulas, kecapekan. Ketika terbangun badan saya sudah bersih, dengan baju yang rapih. Saya hendak turun dan jalan pindah ke kamar rawat inap saya, kali ini bidan jaga melarang. Saya diharuskan pake kursi roda. Dan sudah banyak sahabat, kerabat yang menunggu di kamar. Meskipun sedihnya Kira dan Kara tidak dapat ikut berkumpul bersama kami. Pukul 2 siang tanggal 22 Juni 2011 tersebut saya pun nekat berjalan kaki melihat keadaan buah hati saya.  Saya tidak mempedulikan lagi omongan suster untuk menyuruh saya memakai kursi roda.
Si Kembar harus relakan menginap di RS lebih lama. Rasanya iri saat saya pulang melihat ibu-ibu yang lain bisa menggendong buah hati mereka masuk mobil/taxi, tapi saya hanya menenteng tas ditemani suami dan mertua. Ingin rasanya saya lari mengambil 2 buah hati saya, tapi keadaan tidak memungkinkan untuk saya bawa pulang. Karena kondisi pencernaan Kira Kara yang belum sempurna juga saya tidak diijinkan menyusui Kira Kara. Selama kurang lebih 3-5 hari mereka tidak dapat merasakan nikmatnya ASI. Setelah pencernaan mereka siap, mulai dilatih minum ASI melalui selang sonde yang dipasangkan lewat hidung mereka mulai 0,5ml sampai mereka benar-benar siap menyusu ke PD saya. Miris rasanya. Hati saya bahkan sempat tersayat ketika melihat selang sonde Kira mengeluarkan darah segar ketika hari pertama minum susu, yang menunjukkan pencernaannya belum siap. Setiap malam saya tidak bisa tidur ketika mengingat buah hati saya yang ada di inkubator, dan membayangkan tangan dan kaki mereka yang mulai biru membengkak karena harus pindah-pindah jarum infus. Setiap hari saya selalu menemani mereka di RS dan menabahkan diri mendengar suster-suster jaga melaporkan kalo mereka habis ganti jarum infus lagi karena bengkak. Berusaha menghibur mereka ketika mereka teriak-teriak menarik selang sondenya sebagai bentuk usaha protes mereka kalau mereka ingin minum susu langsung lewat mulutnya. Meski hanya setetes, mereka dapat tertidur lagi dengan tenang. Bagaimanapun juga saya bersyukur memiliki anak-anak yang kuat sehingga mereka mampu seperti sekarang.
Benar-benar saya sangat berterima kasih kepada suster-suster di ruang neonatus RSI 2 Jemursari Surabaya yang sabar pada saya ketika saya berkeluh kesah.  Bidan–bidan jaga dan Prof. Dr. Agus Abadi SPOG yang sudah mendukung saya selama proses melahirkan. Dr. Nunung SPA yang telah banyak sekali membantu saya merawat Kira Kara dan dengan telaten mengomeli saya bila saya bandel.
Untuk para urban Mama dan Papa yang sedang menanti proses melahirkan, saran saya hadapi semuanya dengan rileks dan setenang mungkin. Bukan demi siapa-siapa hanya demi buah hati. Karena ketika kita rileks buah hati pun merasa nyaman. Dan melahirkan itu tidak sakit. Untuk para orang tua yang sedang mengasuh bayi prematur, ikatan fisik antara Mama dan bayi serta kekuatan hati Mama sangat-sangat diperlukan untuk membantu tumbuh kembang yang optimal bagi bayi.
"

Kemarin sempat dibaca sama pak Djat, salah satu redaktur senior di jawa pos. Dengan banyak sekali edit-edit dan kesalahan, Pak Djat memberi nilai 6. Hhmm rasanya bunda belum layak mendapat nilai itu, masih jauh dari harapan. Pak Djat minta artikel itu diedit, dan dikumpukan semua tulisan bunda tentang KIRA-KARA. Kalau berkwalitas seperti artikel diatas, bisa mulai dibuat buku lhooo... bunda jadi merasa diawang-awang alias GeEr dan bermimpi jadi penulis... waaawww... what a big thing. hahaha... tapi tentu saja bunda senang. Tidak bisa terlukiskan deh rasanya ketika orang menghargai, menilai dan membuat imaginasinya sendiri-sendiri tentang tulisan kita. waawwww... bunda masih bermimpi nih untuk menjadi penulis. Menghabiskan masa tua di rumah mungil yg memiliki kebun bunga yang luas dengan pemandangan alam yang super keren, dan menulis adalah suatu impian yang sangat-sangat indah.
Tahap selanjutnya menggantung mimpi itu 5cm diatas kening, melihatnya setiap saat, dan mulai melangkah untuk mewujudkannya.
1 impian lagi menunggu untuk diwujudkan. Alhamdulillah. Jadi punya banyak alasan untuk terus bersemangat dan berbesar hati.
Bismillah... Semoga Allah selalu meridhoi langkah kita...
^_____________________^

No comments:

Post a Comment