Membaca curhatan Anita di group arisan link tentang
kesibukannya menjadi ibu baru dan “harus” resign dari pekerjaannya, membuat
ingatan saya melayang. Anita dulunya
adalah seorang bidan di sebuah rumah sakit swasta di Pekanbaru. Ketika datang
seorang lelaki melamar, maka hijrahlah ia ke Jakarta. Yang berarti mau tidak
mau ia harus resign dari aktifitasnya sebagai bidan di Pekanbaru. Berimigrasi ke Jakarta tak lantas menyurutkan
niatnya untuk terus berkiprah di dunia kesehatan. Suaminya pun mengijinkannya
untuk terus berkarir. Surat lamaran ia layangkan. Tak lama kemudian, panggilan
wawancara dan beberapa tes tulis ia terima dari beberapa klinik dan rumah
sakit. Namun ternyata Tuhan memberikan anugerah untuknya dalam bentuk yang jauh
lebih indah. Belum sempat resmi diterima kerja, ternyata dua garis merah sudah
muncul pada testpack di tangannya. Seperti yang kita tahu, tak banyak instansi
yang bersedia menerima tenaga/karyawan baru yang sedang hamil. Lantas surutkah langkahnya?!
Bukan Anita d’Caritas namanya jika ia menyerah terlalu mudah
untuk selalu berbagi kasih dengan sesamanya. Bakat menulisnya yang lama
terpendam pun meronta untuk mencari pelampiasan. Mengikuti naluri istri
tercinta, Sang suami lantas memperkenalkan tentang dunia blog. Ia buatkan akun
di https://anitadcaritas.blogspot.co.id/.
Disinilah ia terdampar saat ini. Bersama komunitas para perempuan pendekar blog
ia memulai petualangannya di dunia penulisan. Resolusinya ia tulis besar-besar
dan ditempelkannya di dinding rumah. Fokus pada tujuan adalah salah satu
kelebihannya. Blognya mungkin memang masih baru. Tapi bakat menulisnya bukanlah
hal yang baru baginya. Terbukti bersama sekelompok penulis ia siap menerbitkan
karyanya. Pantang menyerah berbagi kasih menjadi senjatanya. Ia seorang ibu
muda yang penuh semangat. Benih sukses sudah terpendam dalam dirinya.
Semangat Anita inilah yang membawa ingatan saya melayang
pada beberapa kejadian yang pada akhirnya membuat saya juga memutuskan untuk
resign dari dunia perkantoran. Pilihan yang memang pada awalnya tidak mudah.
Suami saya terus saja berisik bahwa menjadi seorang ibu yang 24 jam di
rumah pun bisa terus berkiprah. Bertemunya saya dengan banyak perempuan muda “berdaster”
yang memiliki prestasi cemerlang dari balik meja di rumahnya membuat saya
yakin, bahwa prestasi bisa diraih dari mana saja, dari bidang apa saja, dan
dalam bentuk apa saja. Bukan hanya semata sebatas kenaikan gaji dan promosi
jabatan. Namun jauuuh lebih luas dari itu.
Melalui cerita Anita d’Caritas inilah, mari berkaca bahwa
dunia kita tak sebatas perbedaan daster dan blazer. Bersyukurlah kita hidup di
jaman digital yang semua bisa dicapai dari balik meja atau dari atas bantal di
tempat tidur. Sambil berbaring dan memeluk anak, kita bisa menjelajah luasnya
dunia, mengakses semua informasi. Tidak ada alasan untuk tidak menjadi kreatif.
Pinterest, instagram dan banyak media lain menjadi gudang ide dan kreatifitas.
Banyak orang yang bermurah hati membagi ilmu dan pengetahuannya tanpa kita
harus merogoh kantong dalam-dalam. Saya berdo’a untuk kemurahan hati mereka,
semoga Tuhan selalu mempermudah jalannya mencapai tujuan dan kebahagiaan. Inilah salah satu cara belajar yang tak
mengharuskan kita duduk manis dibalik meja di dalam kelas. Ayo berkreasi! Ayo
belajar! Kitalah jembatan ilmu pertama untuk dunia!
Semangat berkarya meskipun dari rumah...
ReplyDeleteAahhh jadi pengen resign #eh
berkarya bisa dari mana saja mbak... di kantor maupun di rumah. Mari kita nikmati! heuheu...
DeleteHamil dan punya anak adalah segalanya makanya Mbak Anita juga rela mengalah demi calon anaknya. Saya pun kalo di posisi demikian dan disuruh milih mending milih anak dan resign.
ReplyDeleteSetiap orang pasti punya prioritas. Dan prioritas itu bisa jadi berbeda-beda. Yang membuatnya tampak istimewa adalah bagaimana mbak Anita tetap semangat untuk berkarya dengan caranya. :)
Delete"prestasi bisa diraih dari mana saja, dari bidang apa saja, dan dalam bentuk apa saja." setuju mbaa,,,,
ReplyDeleteyang penting semangat berkarya ya...
ah jadi ga sabar mau ngulik cerita mba Wid waktu resign..
Wah mbak Ira sudah ambil ancang-ancang nih.. *siapkan kocokan arisan* hahaha...
DeleteBenar banget Mba, promosi jabatan kadang kala terlalu menggiurkan, namun dibalik itu semua, kita bisa memiliki prestasi cemerlang walau dari rumah. Yang penting kita memiliki semangat yang tinggi untuk menjadi wanita yang produktif. Thanks so much buat tulisannya Mba Wit...
ReplyDeleteYes, menjadi produktif bisa dari mana saja. Terima kasih juga untuk suntikan semangatnya ya mbak Anita... :)
Delete