Jan 26, 2013

[Pepatah Jawa] "Abot Entheng Tak Sanggane"

Pernah mendengar tentang pepatah Jawa, ibarat kata "Abot Entheng tak sanggane"? Kurang lebih dalam bahasa Indonesia "berat-ringan biar kupikul sendiri".
Katanya ibu-bapak dulu, sebagai orang tua harus siap dengan segala resikonya. abot-entheng, berat-ringan, harus siap memikulnya. Memang setiap keputusan, setiap tindakan, setiap langkah kita pasti mengandung resiko. Dan memang apapun resikonya kita musti siap mempertanggung jawabkannya. Namun banyak yang masih memiliki persepsi berbeda.. Ada pula yang memiliki persepsi bahwa, berat-ringan tugas sebagai orang tua, resiko sebagai orang tua, sebaiknya anak jangan sampai tahu. Apa anda satu diantara yang memiliki pendapat serupa?
Karena hari ini saya benar-benar mendapat pelajaran berharga dari filosofi tersebut. Alkisah ada orang tua yang memiliki filosofi, apapun beban orang tua, apapun yang dialami orang tua, sebaiknya anaknya jangan sampai tahu. Karena memang itu sudah menjadi resikonya, sudah menjadi tugasnya. "abot entheng tak sanggane, mbak..." begitu konon katanya.. Waktu demi waktu berlalu.. si anak tumbuh dewasa dan sudah menikah serta memiliki anak. Hingga suatu saat, si orang tua mengalami kesusahan yang tidak bisa ditanggungnya sendiri. Bagaimana reaksi si anak? Adem ayem.. Karena ia tidak diajarkan untuk peka terhadap kesulitan orang tuanya. Bagaimana orang tua melihat anaknya yang tetep adem ayem saja? Nelangsa, tapi tidak lagi mampu berbuat apa-apa.. banyak alasan.. tidak tega untuk membebani si anak, si anak sudah terlalu banyak urusan, dan bla..bla.. yang lainnya..
Tanpa disadari, sikap "tidak tega" yang dimaksud si orang tua, justru menjadi boomerang bagi anaknya. Dan kini, si anak menjadi pergunjingan banyak orang.
Saya jadi ingat tentang kata-kata yang pernah saya baca dari tweet seorang psikolog. Apakah boleh orang tua mengeluh ke anaknya? Beliau menjawab "kenapa tidak?!" Beliau melanjutkan, kurang lebih seperti ini:  Adalah manusiawi ketika seorang mengalami kesulitan, maka ia meminta bantuan. Biasanya meminta bantuan dimulai dari orang terdekatnya atau orang yang paling ia percaya. Maka, sah-sah saja ketika orang tua mengeluh atau curhat sama anaknya. Itu bukan dosa kok buat orang tua. Malah akan mengajarkan pada anak, bahwa orang tuanya juga manusia yang memiliki masalah, yang bisa sakit, bisa luka. Anak yang tidak diajarkan untuk peka terhadap keadaan sekitarnya, akan tumbuh menjadi anak yang egois dan tidak tanggap. Asal, keluhan masih dalam tahap yang wajar.. Karena bila anak terlalu sering melihat orang tuanya menangis, terlalu sering melihat orang tuanya tersakiti, atau terlalu sering mendengar keluhan dari orang tuanya, juga akan mempengaruhi perkembangan psikologisnya. Anak bisa tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri dan pemurung.
Ketika berkali-kali saya mendengar cerita tentang si anak tersebut, saya jadi teringat dengan ibu psikolog cantik di tweeter.. ternyata memang benar yaa.. Tidak ada salahnya lho orang tua curhat ke anak... 
Jadi, ketika pulang kantor, naik bemo, hujan deras, macet dan sampai rumah basah kuyup, masih sah dunk cerita ke anak-anak bagaimana tadi perjalanan pulang kantor??! hihihi... *pembelaan diri*
Saya juga inget almarhum Om saya. Keluarga Om saya terbiasa bangun sebelum shubuh. Keluarga disini maksudnya seluruh anggota keluarga, istri dan anaknya. Jadi kalau saya maen dan menginap di rumah om saya, maka saya akan sudah mendengar kegiatan rumah sudah aktif dan berjalan dimulai pukul 3.30-4.00 pagi. Dimana semua anggota keluarga sudah mulai bangun dan langsung mandi (ini wajib bahkan saya pun akan dipaksa utk mandi jam 3.30 pagi sama om). Selanjutnya sholat, masak, bersih2, siap ke kantor atau sekolah. Alasan Om saya membiasakan anaknya bangun pagi buta karena beliau ingin anak-anaknya tahu kalau rumah bersih dan nasi yang ada di meja makan tidak datang begitu saja. tapi pagi-pagi buta ibu masak, dan beres2 rumah. Maka sejak kecil Om membiasakan anaknya untuk selalu ikut bangun ketika om dan bulik saya bangun. Ikut mandi juga.. air sumur.. Katanya air dingin akan membuat mata jadi melek, dan otot2 aktif bekerja.. artikel ilmiahnya googling aja kali yaa.. kalo saya pernah baca memang mandi air dingin bisa meningkatkan sirkulasi darah dan meningkatkan metabolisme. Setelah bangun dan mandi, si anak mendapat job desc membantu orang tuanya. Bentuk bantuan tentu saja disesuaikan usianya. Jadi kalau dulu masih kecil, sebisa mungkin saya hindari menginap di rumah Om, karena saya males harus bangun pagi buta dan mandi air dingin.. hihi.. bener-bener menyiksa, karena saya tidak terbiasa.. haha.. Kalau sekedar membantu beres2 rumah sih saya tidak pernah keberatan, karena dari SD saya sudah terbiasa membantu ibu beres2. Tapi buat sepupu saya yang sudah terbiasa dari kecil, mandi air dingin pagi buta bukan lagi beban, tapi kegiatan yang menyenangkan.. bahkan dia bisa mandi air dingin pagi buta dengan sambil bersenandung dan menertawakan saya yang masih usep2 mata.. Dan sekarang sepupu saya tumbuh menjadi anak yang peka dengan keadaan orang tuanya. Karena keterbatasan ekonomi orang tuanya, maka ia pun tidak keberatan kuliah sambil kerja. Bahkan ketika om saya meninggal, adik saya pun bisa membantu ibunya, menguatkan ibunya. Si anak tumbuh menjadi anak yang tangguh.
Bagaimana saya mengajarkan Kira-Kara? Yang jelas, belum bisa seperti om saya, yang harus bangun pagi buta dan mengharuskan mandi air-dingin. Saya masih menikmati bangun pagi buta, ambil HP, login theurbanmama, masuk selimut lagi. heuheu.. tapi saya juga tidak ingin anak-anak saya tumbuh menjadi anak egois, yang tidak peka dengan keadaan sekitarnya.. maka, saya masih melanjutkan perjuangan memperbaiki diri dan terus belajar. Memang benar "there is always different story in every parenting style"
Sekian, semoga bisa dijadikan bahan pelajaran buat yang lain.
Mendidik anak itu ternyata ada "sekolah"nya kok... Tergantung seberapa besar kamu mau belajar??!
cheers! :)

Dec 17, 2012

Sekolah menjadi Orang Tua

Banyak dari kita memiliki mimpi yang pasti menjadi orang tua dan harapan tentang anak-anak kita. Sepertinya menjadi orang tua adalah naluriah yang ada di lingkungan dan sosial masyarakat kita. Bahkan ketika dianggap sudah "berumur" namun belum menikah atau memiliki anak pasti akan banyak kalimat tanya yang berputar di telinga. Itulah culture di mana kita tinggal. Mungkin terdengar cukup simple dan biasa. Tapi bagi saya, menjadi orang tua itu pengalaman yang membuat dunia saya "jungkir balik".

Bagi sebagian banyak orang tua, semua proses dari mulai melahirkan, menyusui, mendidik anak, sekolah, dan mendampingi anak-anaknya adalah naluriah. Banyak hal yang dilakukan sesuai adat kebiasan pada umumnya. Banyak keputusan yang diambil dengan pemikiran sederhana, spontan dan naluri orang tua yang kuat.
Tapi bagi saya, tidak demikian. Saya yang tidak pernah percaya diri dalam mengambil keputusan, perlu browsing berpuluh-puluh website hanya demi mendapat ide menghabiskan akhir pekan bersama anak-anak. Saya akan berpikir berhari-hari ketika melihat nafsu makan anak-anak turun. Saya tidak akan bisa tidur bermalam-malam sebelumnya ketika akan melewati proses menyapih. Dan itupun belum tentu keputusan yang saya ambil adalah keputusan yang benar. Saya masih akan menyesal dan berpikir berhari-hari setelahnya bahwa mungkin kemarin saya sebaiknya maen ke tempat "A" agar anak-anak lebih bahagia.

Memang menjadi orang tua itu tidak ada sekolah formalnya. Bahkan ilmu menjadi orang tua tidak ada yang absolute kebenarannya. Semua keputusan yang diambil oleh setiap orang tua, pasti memiliki landasan "demi kebaikan semua buah hatinya". Dan setiap pola asuh akan memiliki cerita dan jalan yang berbeda-beda. Semua bergantung pada kenyamanan hubungan orang tua-anak. Dan semua tidak akan pernah sama, seperti layaknya sifat manusia yang selalu berbeda. Itulah keunikannya.

Namun begitu, menjadi orang tua bukan berarti tidak perlu belajar. Menjadi orang tua bukan berarti bijaksana secara instan. Menjadi orang tua bukan berarti segalanya menjadi benar. Menjadi orang tua bukan berarti selalu menjadi hebat disaat bersamaan. Semua memerlukan proses, pembelajaran, trial and error, dan adaptasi.  Justru menjadi orang tua berarti belajar seumur hidup, karena seiring perkembangan waktu semua tidak akan pernah sama. Anak-anak tumbuh, lingkungan berkembang, teknologi semakin canggih, dan dunia tidak akan pernah berhenti di satu titik. Begitupun pengetahuan tentang menjadi orang tua tidak akan pernah sama dari waktu ke waktu. Anak yang berkembang normal dan bagus, juga akan memiliki perkembangan psikologis. Menghadapi anak yang psikologisnya terus berkembang, orang tua tidak bisa berdiam dengan hanya satu tindakan, atau menyerah kalah dengan tameng jawaban "jaman anak kita beda" atau "anak sekarang lebih pintar dari orang tuanya" atau bahkan sampai terucap "anak yang bandel".
Disaat tercetus di otak jawaban-jawaban itu, mungkin itulah red alert bahwa kita, sebagai orang tua sudah saatnya "up grade" ilmu. Tidak ada alasan yang tidak masuk akal dibalik tingkah "bandel" atau sifat yang "susah" setiap anak-anak.

Dan tulisan inilah yang kelak akan terus saya baca, ketika saya sudah mulai jumawa dengan semua ilmu dari bacaan yang saya peroleh. Ilmu itu belum seberapa. Ilmu dan pengetahuan itu akan terus berkembang. Jumawa dan berpuas diri, berarti saya tidak melangkah maju, tapi hanya berhenti disatu titik. Seperti quote cantik yang pernah saya dengar, "when you think you know everything, you know nothing" (hitam-putih).

Nov 22, 2012

Imunisasi KI-KA

Kemarin Ki-Ka imunisasi difteri. Kalo biasanya imunisasi di DSA, kemarin imunisasi di puskesmas. Pertimbangannya, setelah kontak DSAnya ternyata imunisasinya seragam dan gak ada yang "tanpa panas". Untuk ibu yang lain mungkin lebih memilih yang yang biasa, toh jenis imunisasinya sama aja. tapi buat bunda, itu berpengaruh sekali, dan penting. 1 bayi pasca imunisasi, panas, rewel mungkin wajar dan biasa. tapi 2 bayi pasca imunisasi, panas, rewel itu luar biasa rasanya... untuk mengurangi keriwehan seperti itu makanya bunda lebih memilih imunisasi di DSA, dengan biaya lebih mahal, tapi semua nyaman.
Karena kemarin imunisasi program dari pemerintah, dan vaksinnya seragam, jadi milih yang tersedia dekat rumah saja. di puskemas. gratis.
Persiapan sebelum imunisasi yang lebih rempong, asli bunda lebay sekali kali ini. persiapannya sampe bikin ayah cukup mengerutkan alis:
1. beli termometer infra-red.
Setelah menghabiskan lebih dari 4 termometer, karena dibanting KI-KA yang selalu marah kalo di ukur suhunya, bunda pengen beli termometer infrared. termometer digital dan raksa membuat KI-KA gak nyaman kalo di taruh di ketiak/mulutnya. Termometernya 10x lipat lebih mahal dari termometer biasa.. tapi ya sudahlah, karena termometer ini wajib punya, makanya ayah menyetujui untuk dibeli.
2. Memilih hari untuk imunisasi.
Kenapa penting, karena bunda harus ijin dari kantor. Katanya efek imunisasinya menyebabkan demam. Jadi bunda harus siap-siap kalo harus cuti dari kantor. Dan meskipun hari yang dipilih bunda meleset, karena batas waktu imunisasi. bunda mau tanggal 23 november ini imunisasi, ternyata imunisasinya cuma tersedia sampe tanggal 22. ya sudah terpaksa maju dan meleset dari jadwal. Beruntung kantor mengijinkan (enaknya bekerja di kantor yang cutinya selalu bisa dinegosiasikan )
Dan ternyata hasilnya...
KIRA-KARA cranky abis karena ternyata bekas suntikannya jauh lebih sakit daripada bekas suntikan di DSA. Efek memarnya lebih lama. Kalo kata Om Wima karena jenis jarum suntik yang digunakan berbeda. tapi apapun itu, yang jelas KI-KA lebih rewel. Dan KIRA ternyata demam sampe 38,6 C. KARA lebih suffer, dan suhunya kurang dari 38 C. Pagi hari sempat 38,1C dan itupun kurang dari 2 jam, setelah itu berangsur turun lagi. Bahkan KARA lebih ceria dan makan lebih banyak.
Semoga terus tumbuh sehat dan cerdas yaaa..

-yang selalu tertarik mengamati tumbuh kembang kalian-

Nov 16, 2012

Toilet Training KI-KA

beberapa hari ini bunda sedih juga bingung.. kok toilet training Kira - Kara mengalami kemunduran yaaa.. apa yang salah? bunda harus gimana? Biasanya kakak/adik sudah pinter soal pup. sebelum keluar, pasti minta pup di kamar mandi. tapi kok beberapa hari ini sering "kecolongan". bahkan sampe jatuh dimana-mana.. padahal baru 1 hari gak ngompol malam. Karena bingung, bunda sampe kelepasan marah sama kakak sama adik. Sediiihh banget.. harus gimana yaa?? Apa mungkin bunda harus ambil cuti khusus untuk handle toilet training Kira-Kara ini yaa? kapankah ki-ka siap untuk diajari toilet training? Padahal usia Kira-Kara sudah 29 bulan lhoo.. memang masih ada waktu 7 bulan lagi siih.. Apa bunda terlalu over expectasi yaa.. terlalu push ki-ka.. musti stock sabar dan telaten lebih banyak lagi niiihh... hhhmmmm *semedi dulu*

Mungkin jg ini tanda-tanda bunda harus belajar lebih banyak lagi niih.. mulai browsing, baca buku, baca artikel dan review-review lagi niihh.. Ayo nak, kita semangat lagi untuk terus belajar dan menjadi lebih bijak dan cerdas.. :)

Oct 25, 2012

The Most Blessing Moments



Masih terbayang jelas dalam ingatan saya ketika DSOG menyatakan bahwa janin yang saya kandung kembar. Saya dan suami hanya bisa terdiam dan tak bisa berkata-kata. Terkejut, takjub dan bingung campur aduk jadi satu. Terkejut karena kami baru 1 bulan menikah dan saya tidak memiliki gen kembar. Takjub karena tidak pernah terbayangkan “terpilih” menjadi orang tua yang dianugerahi anak kembar. Bingung karena kami sedang belajar merangkak memulai kehidupan baru, menata ekonomi yang kami mulai dari nol. Kata pertama yang mampu kami ucapkan di ruang dokter “bagaimana keadaan janin-janinnya dok?”
Hari demi hari saya lewati layaknya ibu hamil lainnya. Hanya saja saya harus ekstra hati-hati karena kehamilan kembar lebih rawan premature. Bukan hanya kami orang tuanya yang excited menanti kelahiran si kembar, tetapi eyang-eyangnya dan seluruh keluarga tidak sabar untuk segera menimang mereka. Sejak dalam kandungan saya rajin mengajak mereka berkomunikasi. Saya juga rajin relaksasi dan meditasi.
Hingga di minggu  ke-33 lahirlah si kembar dalam keadaan premature dengan keadaan organ-organ pencernaan yang belum sempurna. Karena keadaannya yang belum dapat beradaptasi dengan suhu di luar kandungan, membuat impian saya untuk IMD tidak dapat terwujud. Beruntung saya menjalani persalinan normal, sehingga 3 jam setelah melahirkan saya mampu nekat berjalan kaki ke ruang neonatus demi melihat putri kembar saya. Dengan keadaan tubuh penuh selang dan tabung oksigen, serta tidak mungkin dikeluarkan dari incubator, maka saya harus menahan diri hanya dapat melihat mereka melalui tabung kaca. Saya tidak dapat menyentuhnya apalagi memeluknya. 20 hari jarum infus tidak lepas dari tangan/kakinya. Biru lebam di kedua tangan dan kakinya membuat hati saya seperti ditusuk-tusuk. Betapa hati saya tidak pernah rela ketika melihat mereka menangis meronta demi mendapat satu tetes ASI di mulutnya. Maka, ketika dokter menyarankan untuk mulai terapi metode kanguru betapa bahagianya saya. Hari itulah pertama kalinya saya menyentuh kulit si kembar. Hari itulah pertama kalinya saya dapat mencium aroma bayi si kembar. Hari itulah pertama kalinya saya diijinkan menyusui si kembar. Hari itulah dimana saya berjanji untuk tidak pernah berhenti bersyukur. Betapa bersyukurnya saya ketika Tuhan memberikan 1 hari lebih lama menjadi seorang ibu dari Kira Elysia Setyadi dan Kara Kalani Setyadi. Betapa bersyukurnya saya ketika melihat mereka tumbuh menjadi anak yang cerdas dan ceria. Apalah arti ulah-ulah iseng yang menunjukkan kecerdasan mereka dibandingkan tercabik-cabiknya hati saya ketika melihat mereka sakit dan lemah tak berdaya. Hari itulah saya melihat betapa rapuhnya tubuh mereka tetapi memiliki tekat yang sangat kuat.. yaa.. saya tahu mereka anak-anak yang kuat. Sejak saat itu saya selalu menanamkan dalam otak saya, saya harus memberikan yang terbaik untuk mereka. Walaupun saya seorang sekretaris di sebuah perusahaan swasta, saya tetap seorang ibu. Sebelum berangkat ke kantor, saya sempatkan memandikan mereka dan menyuapi mereka. Saya pastikan semua kebutuhan si kembar sudah siap sebelum saya berangkat kerja. Dan saya sudah akan ada di rumah sebelum mereka tidur. Bagi saya memandikan, menyuapi dan menemani mereka tidur adalah waktu-waktu yang sangat berharga. Menyentuh kulit halusnya, memakaikan lotion dan memijat tubuh mungilnya sebelum tidur adalah ritual favorite saya.

To have them in my life, to see them growth, to hear their laughs and cries, to watch them sleep tight are the most blessing moments in my life. Tidak ada yang lain yang dapat saya lakukan untuk mensyukuri moment-moment berharga itu melainkan hanya memberikan yang terbaik untuk mereka. Terus tumbuh dan berkembang buah hatikuu...!!
 Yuk berbagi moment berharga bersama mama yang lain disini: Blessing moment as a mother