Feb 20, 2014

BERDAMAI DENGAN MERTUA

Sebelumnya tidak pernah terbayangkan dalam benak saya 4 atau 5 tahun yang lalu bahwa kelak ketika menikah saya akan tinggal bersama mertua. Karena dulu saya punya angan-angan ingin hidup mandiri, ingin tinggal di rumah sendiri ketika sudah menikah nanti, apapun keadaannya. Bahkan saya sudah menyiapkan diri dengan mengambil cicilan Kredit Pemilikan Rumah jauh sebelum saya punya rencana menikah. Bahkan dulu saya punya kriteria, calon suami saya harus sudah punya rumah sebelum menikah dengan saya.
Namun semua diluar dugaan, mimpi itu bubar jalan tepat ketika saya memutuskan akan menikah. Suami saya mengambil keputusan kita harus tinggal bersama orang tuanya. Meskipun saat itu suami saya punya rumah yang dapat kita tempati dan bahkan saya pun juga sudah memiliki rumah sendiri.

gambar diambil dari wikiHow
Pada awalnya saya berpikir mungkin karena alasan ekonomi suami saya meminta saya untuk tinggal bersama mertua. Maklum, tepat saat kami memutuskan menikah, kontrak kerja suami tidak diperpanjang. Itu artinya suami saya tidak memiliki penghasilan tetap untuk sementara. Disaat suami sudah memiliki penghasilan sendiri, saya dalam keadaan hamil tua dengan kehamilan resiko tinggi. Karena khawatir dengan kehamilan saya, kamipun tetap memutuskan tinggal bersama mertua untuk sementara, hingga si kembar lahir. Ketika si kembar lahirpun, kami masih tetap tinggal bersama mertua, karena suami saya tidak ingin anak-anak kami hanya diasuh Baby sitter di rumah ketika kami berdua berangkat kerja. Bila kami tinggal di rumah mertua, pengasuh dapat dikontrol oleh mertua selama kami di kantor.

 Seperti layaknya cerita menantu dan mertua pada umumnya, awal kehidupan saya tinggal bersama mertua banyak diselingi perbedaan pendapat yang seringnya berujung pada perselisihan dan air mata. Perbedaan pendapat tentu saja tidak dapat terhindarkan karena kami datang dari latar belakang keluarga yang berbeda.  Banyak perbedaan saya dan mama mertua saya. Mama mertua saya dulu bekerja sebagai sekretaris direktur sebuah BUMN. Sehingga mama terbiasa mengatur segala sesuatunya, termasuk di keluarga. Mama adalah orang yang tangkas dan cekatan. Bila merencanakan sesuatu, semua direncanakan dengan detail dan matang, dan memastikan semua harus berjalan sesuai rencana. Sementara saya memiliki ritme kerja dan rutinitas yang berbeda dengan mama. Saya bukan perempuan yang cekatan seperti mama, bahkan saya cenderung ceroboh dan kikuk. Dikantor, saya seorang sekretaris dengan tipe manager yang easy going. Beliau membebaskan saya mengatur ritme kerja saya sendiri, asalkan semua laporan dan tugas selesai tepat waktu dan beres. Tertatih-tatih  ketika saya harus berhadapan dengan mama yang memiliki ritmenya sendiri, sementara saya dengan ritme saya. Sehingga masa adaptasi dengan keluarga suami, saya jalani dengan sangat berat.  Banyak kebiasaan keluarga diluar kebiasaan saya yang harus saya jalani dan harus saya maklumi, termasuk perbedaan pola asuh dan saya tahu tidak akan pernah habis untuk membicarakannya.

Setelah menyadari bertapa banyak perbedaan-perbedaan itu, dan tidak mungkin disatukan, sementara belum memungkinkan bagi kami untuk tinggal dirumah sendiri, akhirnya saya memilih berdamai dengan perbedaan. Saya berpikir, kami adalah dua individu yang berbeda yang memiliki tujuan yang sama. Saya tahu mama mertua dan saya memiliki karakter yang serupa, visi yang sama dan tujuan yang sama, namun  kami sering memilih jalan yang berbeda. Saya tidak bisa memaksa mertua saya untuk berjalan di jalan yang sama dengan saya karena kami memiliki alas kaki dan kekuatan yang berbeda. Demikian juga mertua saya tidak dapat memaksa saya karena saya memiliki tantangan dan gejolak semangat yang berbeda dengan beliau. Berbagai macam diskusi tidak dapat menyatukan kami. Perdebatan tidak membawa kami ke jalan yang sama. Bagaimanapun juga memang kami tetap berbeda. Hingga saya memilih untuk tidak lagi berdebat. Saya memilih berdamai di jalan yang berbeda. Bila ada kesempatan, saya memilih untuk bercanda dan ngobrol ringan bersama mertua sebagai quality time dan menjalin ikatan diantara kami. Bila mama ulang tahun, saya selalu menyempatkan untuk memilih sendiri kado special untuk beliau. Hampir setiap pagi, saya selalu menyempatkan untuk menemani mama memasak sambil bercanda, bercerita ringan bahkan bergosip sekalian belajar memasak dengan beliau.

Hingga akhirnya ketika Kira dan Kara tumbuh dan kami mampu mandiri secara ekonomi, kamipun tetap tinggal bersama mertua. Saat itu suami saya berkata, entah berapa lama lagi orang tua kita dapat menemani kita, entah berapa lama lagi kita diberi kesempatan membahagiakan orang tua kita. Kita diberi kesempatan membahagiakan orang tua dengan cara yang jauh lebih mudah, tidak dengan harta berlimpah, tidak dengan pengorbanan berdarah-darah, cukup dengan mengijinkan melihat cucu-cucu mereka setiap hari dan menikmati perkembangannya bersama kita.  Perbedaan diantara kami masih tetap ada, karena memang pada dasarnya tidak ada dua manusia yang sama.  Namun kini kami lebih memilih untuk saling memaklumi, saling mengerti dan memahami pribadi kami.  Apapun yang terjadi diantara kami, sebesar apapun perbedaan jalan kami, kami sama-sama menyadari bahwa kami memiliki tujuan yang sama, mendidik Kira dan Kara menjadi anak-anak yang tangguh dan Mandiri. Untuk itulah perbedaan diantara kami bukan lagi menjadi perselisihan yang berlarut-larut. Kini kami mampu berjalan bergandengan tangan meskipun kami berjalan di jalan yang berbeda.  Semoga kami dapat terus belajar menjadi lebih arif dan bijak menyikapi perbedaan kami. Semoga kami dapat selalu tertawa dan berbahagia bersama melihat tumbuh kembang Kira dan Kara.

8 comments:

  1. Mba wiwit, salam kenal :)

    Tulisan yang ini bagus banget, menginspirasi ak.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hai Rere... salam kenal juga... waaahh.. terima kasih :)

      Delete
  2. Mb wiwit..adakah cerita ttg kira kara saat msj ada dlm kandungan? Mohon share mbak kalau boleh :). Ak sedang hamil kembar...dan keduanya memiliki bbj yg tdk sama...

    ReplyDelete
    Replies
    1. waaah... maaf, sayangnya saya gak punya cerita selama hamil di blog ini.. >_< Dulu ada di server kantor, skrg udah gak bisa diakses.

      Delete
  3. saya juga pernah mengalami mb wiwit... cuma endingnya qta beda hehehe... saya milih berjauhan, krn saat berjauhan kami bisa saling memaknai rindu yg ada di hati masing2

    ReplyDelete
    Replies
    1. dimanapun tempatnya yang penting bisa rukun dan harmonis yaaa.. ^_^

      Delete
  4. Saya setahun tinggal bareng mertua mbaa, sekarang seminggu atau dua minggu seklai pasti nginep juga di rumah mertua. Bagi waktu dengan ortu juga yang tinggalnya agak lebih jauh. Kira dan kara lucuu yaa *abis liat potonya*

    ReplyDelete
    Replies
    1. waahh.. seruuu ya kalau bisa bagi waktu di 2 tempat. hehehe... Terima kasih :)

      Delete