Minggu kemarin saya bersama Kira & Kara naik kereta api pulang ke Surabaya. Perjalanan mudik dengan kereta api bukan hal baru bagi saya dan Kira - Kara. Sejak tahun kemarin kami rutin mudik naik kereta api. Alasannya sederhana, moda transportasi ini paling nyaman, lebih cepat, dan mudah di dapat tiketnya. Untuk kami yang mudah mabuk perjalanan, naik kereta api amat sangat membantu. Bosan dengan perjalanan, kami bisa berjalan-jalan di lorong kereta. Jadi apa yang baru kali ini??
Apabila biasanya saya selalu ditemani suami atau mertua, kali ini tidak ada yang bisa menemani. Suami sudah terlanjur handle kerjaan yang tidak bisa ditinggal. Adik-adik saya masih sibuk dengan urusan hajatan di rumah karena memang saya pulang dalam rangka pernikahan adik bungsu saya. Jadi? Saya nekat naik kereta api hanya bertiga bersama Kira dan Kara.
Reaksi orang sekitar saya? Mostly mereka khawatir. Karena saya membawa 2 anak yang sedang lincah-lincahnya, ceriwis-ceriwisnya dan penuh rasa ingin tahu. Tapi saya tahu, saya yakin, saya bisa.. Setelah mendapat ijin dari suami, maka saya mantap untuk pulang naik kereta api hanya bertiga bersama Kira & Kara. 2 hari sebelum keberangkatan saya sudah bilang sama Kira dan Kara kalo nanti pulang ke Surabaya hanya dengan bunda. Ayah akan naik bis lebih dulu.. dan bla.. bla.. yang lainnya. Tujuannya, saya ingin mempersiapkan mental Kira & Kara agar lebih berhati-hati sepanjang perjalanan nanti. Jujur, saya sendiri sebenarnya juga deg-deg'an dengan reaksi Kira - Kara nanti. Karena biasanya mereka tidak bisa duduk diam di kursinya. Selalu memaksa ayahnya untuk jalan-jalan di lorong kereta. Bukan karena bosen, tapi karena banyak hal baru yang bisa mereka lihat dari pintu Kereta api yang berjendela lebih lebar. Dan mungkin mereka juga menikmati jalan-jalan dengan sensasi goncangan kereta. hehe... Surpraise-nya, sepanjang perjalanan saya mendapati Kira & Kara bertingkah sangaaatt manis dan kooperatif. Mereka masih ingin tahu tentang semua yang mereka lihat. Seperti ketika mereka ingin lihat rel kereta, saya bilang, "hati-hati, mundur.. jangan terlalu dekat rel.." Mereka dengan sangat patuh melihat rel kereta dari jarak yang aman.. tentunya masih dengan buntut2 pertanyaan "kenapa bunda?", "Kereta punya roda ya bunda?" dan banyak lagi..
Bahkan di dalam kereta yang biasanya mereka tidak sabar duduk dikursinya, kali ini mereka hampir tidak meminta untuk jalan-jalan di gerbong, kalau saya tidak menawarinya. Bahkan ketika saya tawari pun, mereka menjawab "enggak bunda.. nanti gak ada yang jagain tasnya..." Reaksi saya? Terkejut, surpraise, dan ternganga... Never crossed in my mind!
Kompensasinya, saya bercerita tentang banyak hal.. tentang hutan, apa manfaat hutan, tentang sawah, tentang bagaimana Pak Tani bekerja. Mereka menyambung dengan cerita imaginasi mereka tentang hutan dan tebing dan awan yang berarak-arak... Sungguh, saya tidak pernah menyangka, Kara mampu membuat cerita imaginasinya tentang hewan yang ada di hutan. Kara bercerita, Kira menimpali, menyambung, hingga menjadi 1 buah cerita tentang seekor anak panda yang melihat awan yang sedang berarak-arak dan bulan dari atas tebing di sebuah hutan. Sebenarnya ada percakapan si anak panda dengan awan dan bulan.. tapi karena lupa seperti apa, jadi saya tidak bisa bercerita ulang deh.. Yang jelas saya tersenyum-senyum sendiri mendengar mereka bercerita dan takjub sepanjang perjalanan itu... Hingga saya lupa mengabadikan cerita itu dalam sebuah dokumentasi.. Yang saya ingat hanya "betapa Tuhan maha Pemurah dan tidak ada lagi alasan bagi saya untuk tidak bersyukur.."
Untuk membuat perjalanan lebih nyaman, ada beberapa hal yang saya persiapkan. Tidak banyak memang, tapi sangat berguna. Antara lain:
1. Menyiapkan mental Kira & Kara dengan memberitahukannya sebelum perjalanan. Paling tidak, mereka berhak tahu apa yang akan dihadapi nanti dan apa yang harus mereka lakukan untuk kenyamanan dan keselamatan bersama.
2. Mempersiapkan bawaan. Pastikan barang bawaan tidak terlalu banyak, karena konsentrasi utama pada anak-anak. Saya hanya membawa 1 koper dan 1 sling bag. Koper berisi baju-baju dan sling bag berisi 1 baju ganti, snack buat Ki-Ka, dompet, HP, tiket, dan perlengkapan domestik pendukung seperti tissue basah, minyak telon, tissue kering, dan lainnya. Sebenarnya akan lebih mudah bagi saya seandainya ada ransel besar. Tapi karena tidak ada, koper pun jadi. Dengan pertimbangan, apabila memang ribet maka saya bisa menyewa porter yang sekarang mudah dijumpai di stasiun. Apalagi porter sekarang lebih tertib dan aman karena terdaftar dan terlisensi oleh PT. KAI. Beberapa ribu untuk porter tidak masalah asal keselamatan dan kenyamanan 2 bocah saya tetap terpantau.
3. Tidak lupa membawa bekal untuk si bocah seperti: snack, susu, minuman, makanan atau bahkan mainan agar 2 bocah tidak bosan. Apabila bosan, anak akan rewel. Dan rewel akan membuat mood bunda jadi terganggu, dan perjalanan tidak lagi nyaman deh.. Jadi jaga mood anak dan ibu itu penting!
4. Jangan terlalu ribet dengan barang. Siapkan tiket dan HP di tempat yang mudah dijangkau. Uang di tempat yang Aman. Ribet mencari 1 barang saja, akan menganggu kenyamanan. Jadi tas teroganisir itu gak kalah penting buat saya.
5. Oh iya, memastikan si bocah dalam kondisi prima. Sehat, kenyang, tidak terlalu lelah/mengantuk. Karena namanya bocah, kalo gak fit atau terlalu capek pastilah rewel.
6. Tentunya memastikan moda transportasi dan keadaan stasiun aman dan tidak crowded. Kereta api dan stasiun sejauh ini transportasi paling aman dan nyaman untuk perjalanan bersama anak.
Buat saya, perjalanan tersebut benar-benar petualangan yang luar biasa bersama Kira dan Kara... Jadi, gak takut lagi dunk jalan-jalan hanya bersama anak-anak sajaa?! :D
Sangat inspiratif dan berguna. Khusus untuk tips yang pertama itu jg mengingatkan saya bila mengajak orang yang dewasa sekalipun perlu dilakukan persiapan mental dan sedikit pengetahuan tentang medan yang akan ditempuh.
ReplyDeleteThanks bunda wiwit
Alhamdulillah.. Setuju, persiapan mental dan pengetahuan medan itu dibutuhkan. Thanks for dropping by, anyway :)
Delete